Peranan Teknologi Informasi Dalam Perkembangan Perkotaan
Indonesia
Kota sebagai perwujudan
budaya, tidak hanya meruapakan bentuk fisikal,formal dan morfologikal semata
sebagai perwujudan tangibilitas, namun juga terdapat sebuah proses interaktif
antara penghuni dan norma maupun nilai sosial dalam pemenuhan kebutuhannya.
Berdasarkan tulisan Werner
Rutz dengan judul Cities and towns in Indonesia: their development, current positions, and functions with regard to
administration and regional economy, sebuah bentuk sebuah kota dapat akan
berkembang berdasarkan fungsi-fungsi penting mereka. Ketujuh fungsi yang
di turunkan dari fungsi non agraria tersebut adalah :
1. fungsi
administrasi
2. fungsi perdagangan
3.fungsi transportasi
4.fungsi perikanan
5.fungsi industri
6. fungsi pertambangan
7. fungsi pariwisata.
Demikian Pula dengan perkembangan
identitas di kota-kota Indonesia berkembang menurut ciri-ciri fisik dan
fasilitas penunjang menurut Prof. Dr. Werner Rutz pada penilitiannya yang dipublikasikan
pada tahun 1987, untuk sebuah desa nelayan adalah letak permukiman yang berada
di tepi pantai atau muara sungai, atau juga tepi danau yang tidak curam, bukan
hutan bakau, dan tidak berlumpur, selain itu juga memiliki akses ke laut lepas.
Sementara itu, untuk kota industri manufaktur dan kota tambang
umumnya berkembang karena dorongan dari perkembangan infrastruktur, motorisasi,
dan perkembangan jasa-jasa pelayanan, selain itu umumnya tipe kota ini di
Indonesia terletak diluar/bersebelahan .

Dalam era yang modern
dilihat dari pentingnya masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, maka
di perlukan pertukaran informasi yang cepat dan akurat dan kebutuhan
akan sebuah informasi harus dapat diakses secara effesien. Oleh karena itu arus
informasi ini pun tak lepas dari sebuah perkembangan tekhnologi informasi. Hal
ini pun juga tak lepas dari sebuah istilah sibernetika berasal dari Yunani kuno
κυβερνήτης (kybernētēs,). Sibernetika
yang mempunyai tujuan penting yaitu untuk memahami dan menentukan fungsi dan
proses dari sistem yang memiliki tujuan dan yang berpartisipasi dalam lingkaran
rantai sebab akibat yang bergerak dari aksi/tindakan menuju ke penginderaan
lalu membandingkan dengan tujuan yang di inginkan, dan kembali lagi kepada
tindakan. Demikian pula menurut Norbert Wiener, dalam bukunya yang berjudul Cybernatics, yang menggunakan istilah
tersebut sebagai suatu studi terhadap kontrol dan komunikasi pada binatang dan
mesin.
Jika konsep Cybernatics dikaitkan dengan sebuah ilmu
perkotaaan maka munculah sebuah konsep Cybercities. Dalam
Cybercities Reader tahun 2004 yang ditulis oleh Stephen Graham ,beliau merupakan
Profesor Teknologi Perkotaan di Newcastle yang menjelaskan tentang persimpangan
teknologi media digital dan kehidupan perkotaan. Pada konsep Cybercity dalam
tulisan tersebut yang menegaskan bahwa kota-kota baru sekarang diubah secara revolusioner
oleh perkembangan teknologi. Bahwa teori cybercities dengan menggunakan
pendekatan substitusi,menekankan bahwa teknologi baru dapat menggantikan ruang
yang ada di perkotaan , tempat , dan hubungan sosial yang didasarkan pada ketidak
hadiran secara fisik .
Pentingnya peran tekhnolgi
informasi ditekankan olehManuel Castells dalam “The Network Society: A
Cross-cultural Perspective”, di tahun 2004 mengatakan bahwa fenomena revolusi
teknologi informasi berdampak pada perubahan ruang konvensional dalam interaksi
menjadi ruang virtual. Perhatian semakin diarahkan untuk mengeksplorasi
bagaimana aspek-aspek ekonomi, sosial dan budaya kota berinteraksi dengan
perkembangan jaringan telekomunikasi dan informasi yang canggih di semua
lapisan kehidupan perkotaan.Oleh karena itu maka perkembangan teknologi
informasi dapat dijadikan sebuah alternatif klasifikasi fungsi perkotaan berdasarkan
infrastuktur penunjang teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga dapat
menambahkan klasifikasi teknologi informasi dari 7 klasifikasi fungsi perkotaan
menurut Werner Rutz di dalam ukunya Cities
and Towns in Indonesia untuk menujukan perkembangan pekotaan di Indonesia.

Sumber :
Amstrong. 1995. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 2. Terjemahan Prenhallindo, Jakarta.
Anggraini, Diana. 2003. Analisis Spatial Sistem Layanan Pasar Kota Tangerang:
Pasar sebagai Public Domain. Yogyakarta: Tesis, UGM.
Anonim. 2012. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia: Pengertian Industri
Pengolahan.
Anggraini, Diana. 2003. Analisis Spatial Sistem Layanan Pasar Kota Tangerang:
Pasar sebagai Public Domain. Yogyakarta: Tesis, UGM.
Anonim. 2012. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia: Pengertian Industri
Pengolahan.

